Pengertian Teori Estetika Pesepsi

Pengertian Teori Estetika Pesepsi - Hallo sahabat Demasyuri, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Pengertian Teori Estetika Pesepsi, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Filologi, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Pengertian Teori Estetika Pesepsi
link : Pengertian Teori Estetika Pesepsi

Baca juga


Pengertian Teori Estetika Pesepsi

Estetika resepsi merupakan teori pendekatan yang digunakan untuk menilai sebuah karya sastra. Estetika menduduki urutan ke empat setelah yang pertama karya sastra merupakan 1.) tiruan alam atau penggambaran alam, 2.) karya sastra merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan tertentu pada pembacanya, 3.) karya sastra merupakan pancaran perasaan atau pengalaman pengarang. Estetika resepsi adalah Teori yang membahas keindahan yang didasarkan pada resepsi pembaca. Teori estetika resepsi muncul karena karya sastra tidak mempunyai arti tanpa ada pembaca yang menanggapinya. Karya sastra mempunyai nilai karena ada pembaca yang menilainya.

Teori Jauss dalam buku Toward an Asthetic of Reception (1983; 20-45), dapat dibagi menjadi tujuh hal yang keseluruhannya saling berkaitan satu sama lain, yaitu:

Pengalaman Pembacaan
Sastra atau karya sastra tidak memberi pandangan yang sama bagi tiap penikmat sastra dalam setiap periode. Sastra atau karya sastra bukanlah monumen yang secara monologis menyatakan esensi (makna) sepanjang masa.  Sastra atau karya sastra lebih mirip sebagai orkestrasi yang selalu memberi resonansi-resonansi baru di antara para penikmatnya dan membebaskannya dari materi kata-kata dan membawa pada keberadaan kontemporer (kekinian). Sebuah karya bukanlah sebuah objek yang berdiri sendiri, menawarkan pandangan yang sama kepada pembaca dalam setiap periode

Horizon Harapan
Suatu karya sastra tidak pernah tampil sama sekali baru dalam kekosongan informasi, tetapi mengandung saranan yang mengarahkan penikmat sastra.  Karya sastra mempengaruhi penikmatnya dengan pemberitahuan melalui tanda-tanda yang mudah dan sulit, ciri-ciri yang akran, atau sindiran yang tidak langsung.  Semuanya itu akan membangkitkan memori tentang apa yang telah (pernah) di “baca”nya (dinikmatinya), membawa penikmat sastra ke dalam tingkah laku emosional yang khusus, yang pada awalnya menimbulkan harapan-harapan pada bagian tengah dan akhirnya, dan kemudian dapat dipertahankan keutuhannya atau dibalik, diorientasikan kembali, atau bahkan secara ironis disempurnakan dalam “pembacaan” itu sesuai dengan aturan-aturan jenis sastranya.



Jarak Estetik
“Horison harapan” sastra atau karya sastra menunjukkan salah satu cara untuk menentukan ciri-ciri artistiknya dengan macam dan tingkat pengaruhnya pada pembaca yang ditentukan.  Jika seseorang mengkarakterisasikan perbedaan antara “horizon harapan” dengan pemunculan karya baru sebagai jarak estetik, maka penerimaannya dapat menghasilkan “perubahan horizon-horizon” melalui negasi terhadap pengalaman-pengalaman yang telah dikenalnya, atau melalui pengangkatan pengalaman-pengalaman barunya pada tingkat kesadaran.  Dengan demikian, jarak estetik dapat diobjektivasikan secara historis sepanjang spektrum reaksi-reaksi pembaca dan penentuan kritik (keberhasilan yang spontan, penolakan atau shock, penyetujuan di beberapa bagian, pemahaman bertahap atau ditunda).

Jarak estetik merupakan jarak antara horison harapan dan karya, antara pengalaman estetik sebelumnya dengan perubahan horison harapan.    Semakin kecil jarak estetik suatu karya baru dengan horison harapan yang ditimbulkan dari karya sebelumnya, maka nilai sastra dari karya tersebut semakin rendah, begitu pula sebaliknya.

Semangat Zaman
Rekonstruksi horison harapan, dalam hal ini karya sastra, dicipta dan diterima pada masa lampau, menyebabkan seseorang bertanya kembali tentang teks itu, dan mencoba menemukan bagaimana pembaca saat ini  memandang dan memahami karya itu.  Pendekatan ini membenarkan norma-norma klasik yang   tidak dikenal atau pemahaman sastra modern, dan mengabaikan jalan lain pada “semangat zaman”.

Rangkaian Sastra
Teori estetika resepsi tidak hanya memandang makna dan bentuk karya sastra dalam penjelasan historis pemahamannya.  Teori ini juga menuntut kerja individual sebagai bagian dari jajaran kerja lainnya, untuk mengetahui arti dan kedudukan historisnya dalam konteks pengalaman sastra.  Di dalam tahapan dari sejarah resepsi sastra ke sejerah sastra, yang kedua ini memanifestasikan diri sebagai propses resepsi pasif

Perspektif Sinkronis – Diakronis
Hasil-hasil yang dicapai dalam linguistik melalui perbedaan interelasi metodologis    analisis    sinkronis   dan    diakronis,     yaitu      pembenahan   atau  penyempurnaan observasi diakronis yang sampai sekarang menjadi metode yang biasa dalam studi sejarah sastra.

Perspektif sejarah sastra selalu menemukan hubungan fungsional antara pemahaman karya-karya baru dengan makna karya-karya terdahulu.  Perspektif ini juga mempertimbangkan pandangan sinkronis guna menyusun dalam kelompok-kelompok yang sama, berlawanan dan teratur sehingga didapat sistem hubungan yang umum dalam karya sastra pada waktu tertentu.

Sejarah Sastra dalam kerangka Sejarah Umum
Tugas sejarah sastra hanya terselesaikan apabila produksi sastra tidak hanya direpresentasikan secara sinkronik dan diakronik dalam suksesi sistemnya, namun juga dipandang sebagai “sejarah khusus” dalam hubungan unitnya dengan “sejarah umum”.  Hubungan tersebut tidak berakhir dengan fakta yang ditipekan, diidealkan, satirik, atau dengan citra utopia dari eksistensi sosial dari sastra di sepanjang jaman.  Fungsi sosial dari sastra  termanifestasi dalam kemungkinannya yang begitu unggul khususnya ketika pengalaman seni dari “pembaca” (penikmat seni)  memasuki cakrawala harapan dari praxisnya, menghayalkan pemahamannya tentang dunia dan sehingga juga memiliki efek pada perilaku sosialnya.

Dalam menilai dan menanggapi sebuah karya sastra, tentu akan berbeda antara seorang dengan orang lain. Apalagi antara satu zaman dengan zaman yang lain. Perbedaan tersebut disebut dengan cakrawala harapan. Sedang cakrawala harapan seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan kemampuan, dalam menanggapi sebuah karya sastra.

Disamping adanya perbedaan cakrawala harapan, meskipun pembaca telah menemukan makna karya sastra, ada tempat-tempat terbuka yang memungkinkan pembaca untuk mengisinya. Hal ini berhubungan dengan sifat karya sastra sendiri yang mengandung kemungkinan banyak tafsir. Hal-hal yang kecil atau yang tak langsung berhubungan dengan cerita, seringkali tidak dijelaskan dalam sebuah karya sastra. Dengan demikian setiap pembaca diharapkan mengisi kekosongan tersebut.

Cakrawala harapan dan tempat terbuka merupakan pengertian dasar untuk memahami estetika harapan. Tanpa kedua hal tersebut, tidak akan tercipta tanggapan atau resepsi terhadap karya sastra.

Dalam metode estetika resepsi ini, diteliti tanggapan-tanggapan setiap periode, yaitu tanggapan-tanggapan pada sebuah karya sastra oleh pembacanya, tentusaja pembaca yang aktif dan cakap yaitu para kritikus sastra dan ahli sastra yang dapat dipandang mewakili para pembaca pada periodenya. Dengan demikian, penelitian dengan metode estetika resepsi ialah pertama merekonstruksi bermacam-macam konkretisasi sebuah karya sastra dalam masa sejarahnya, dan kedua meneliti hubungan diantara konkretisasi-konkretisasi itu, dan di pihak lain meneliti hubungan diantara karya sastra dengan konteks historis yang memiliki konkretisasi-konkretisasi itu.

Sinkronik adalah cara penelitian resepsi terhadap sebuah karya sastra dalam satu masa atau periode. Untuk mengetahui tanggapan-tanggapan yang bermacam-macam tersebut dapat dikumpulkan para kritikus atau dapat dilakukan dengan mengedarkan angket kepada pembaca-pembaca sekurun waktu. Dari angket yang diedarkan atau pendapat para kritikus akan dapat diteliti konkretisasi dari masing-masing pembaca. Dengan demikian dapat disimpulkan nilai sebuah karya sastra pada suatu kurun waktu.

Penelitian yang kedua adalah penelitian diakronis. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan tanggapan-tanggapan pembaca ahli sebagai wakil pembaca dari tiap periode. Dengan demikian akan dapat disimpulkan bagaimana nilai estetik sebuah karya sastra berdasarkan resepsi-resepsi disetiap periode itu. Dalam penelitian itu dilteliti dasar-dasar apa yang dipergunakan oleh pembaca disetiap periode, norma-norma apa yang menjadi dasar konkretisasinya, dan kriteria apa yang menjadi dasar penilaiannya. Dengan begitu maka akan dapat disimpulkan nilai estetik karya sastra sebagai karya seni sastra. Bila disetiap periode karya tersebut mendapat nilai positif, hal itu berarti karya tersebut bernilai tinggi.

Perkembangan karya sastra sebelum munculnya percetakan, ada karya-karya yang merupakan salinan dari karya sebelumnya. Dalam proses penyalinan tersebut, seringkali terdapat perbedaan antara karya asli dengan karya salinannya, dan itu terjadi secara terus-menerus pada setiap salinan. Perbedaan pada setiap salinan adalah karena setiap penyalin memiliki horizon harapan yang berbeda pada pembacaan suatu karya, sehingga muncul keinginan-keinginan untuk mengubah suatu karya. Menurut teori estetika tanggapan, tiap naskah adalah asli. Jadi tidak perlu dicari naskah aslinya. Yang diteliti ialah justru resepsi atau tanggapan pada tiap periode.


Demikianlah Artikel Pengertian Teori Estetika Pesepsi

Sekianlah artikel Pengertian Teori Estetika Pesepsi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Pengertian Teori Estetika Pesepsi dengan alamat link https://demasyuri.blogspot.com/2016/05/pengertian-teori-estetika-pesepsi.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengertian Teori Estetika Pesepsi"

Post a Comment