Filologi - Naskah Melayu dan Jawa Kuno - Part 1
Judul : Filologi - Naskah Melayu dan Jawa Kuno - Part 1
link : Filologi - Naskah Melayu dan Jawa Kuno - Part 1
Filologi - Naskah Melayu dan Jawa Kuno - Part 1
Sebelum kedatangan pedagang India ke Kepulauan Melayu, bahasa yang digunakan oleh masyarakat setempat dikenali sebagai Bahasa Melayu Purba. Bahasa ini kemudianya dinamakan Bahasa Melayu Kuno setelah mendapat pengaruh India. Bahasa Melayu Kuno mencapai kegemilangannya dari abad ke-7 hingga abad ke-13 pada zaman kerajaan Sriwijaya sebagai lingua francadan bahasa pentadbiran. Mereka yang bertutur bahasa Melayu Kuno meliputi Semenanjung Tanah Melayu (Kini Semenanjung Malaysia), Kepulauan Riau dan Sumatera. Bahasa Melayu Kuno diterima ramai keraena:
1. Bersifat sederhana dan mudah menerima pengaruh luar.
2. Tidak terikat kepada perbezaan susun lapis masyarakat
3. Mempunyai sistem yang lebih mudah berbanding bahasa Jawa.
Naskah Melayu Kuno banyak dipengaruhi oleh sistem bahasa Sanskrit. Ini adalah kerana kebanyakan masyarakat Melayu ketika itu beragama Hindu dan Bahasa Sanskrit telah menjadi bahasa bangsawan dan mempunyai hierarki yang tinggi. Selain itu, sifat bahasa Melayu yang mudah dilentur mengikut keadaan juga antara penyebab bahasa asing seperti sanskrit diterima. Ini boleh dibuktikan daripada pengaruh tulisan atau aksara Pallava (Tulisan Pallava) dan Devanagari yang datang dari India, kata-kata pinjaman daripada bahasa Sanskrit, rangkai-rangkai kata pinjaman daripada bahasa Sanskrit, dan fonem-fonem Sanskrit. Kesan daripada bahasa sanskrit ini menyebabkan penambahan kosa kata Bahasa Melayu Kuno. Contoh contoh perkataan yang diambil daripada Bahasa Sanskrit adalah seperti syukasyitta, athava, karana, tatakala dan sebagainya. Bahasa Melayu Kuno tidak mempunyai pengaruh Parsi atau Arab.
Naskah jawa banyak berisikan Sastra Jawa Kuna meliputi sastra yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuna pada periode kurang-lebih ditulis dari abad ke-9 sampai abad ke-14 Masehi, dimulai dengan Prasasti Sukabumi. Karya sastra ini ditulis baik dalam bentuk prosa(gancaran) maupun puisi (kakawin). Karya-karya ini mencakup genre seperti sajak wiracarita, undang-undang hukum, kronik (babad), dan kitab-kitab keagamaan. Sastra Jawa Kuno diwariskan dalam bentuk manuskrip dan prasasti. Manuskrip-manuskrip yang memuat teks Jawa Kuno jumlahnya sampai ribuan sementara prasasti-prasasti ada puluhan dan bahkan ratusan jumlahnya. Meski di sini harus diberi catatan bahwa tidak semua prasasti memuat teks kesusastraan. Tulisan naskah Jawi merupakan salah satu daripada dua sistem tulisan rasmi di Brunei, dan juga dijadikan sistem tulisan alternatif diMalaysia. Dari segi penggunaannya, tulisan Jawi dahulunya merupakan abjad piawai bahasa Melayu tetapi sudah diganti olehabjad Rumi, maka penulisan Jawi hanya terhad kepada kegunaan keagamaan dan kebudayaan. Penulisan Jawi seharian dipelihara di kawasan-kawasan yang diduduki masyarakat Melayu yang lebih konservatif, misalnya Sulu di Filipina, Pattani di Thailand, Kelantan di Malaysia dan beberapa kawasan petempatan Melayu di Indonesia.
Katalog atau katalogus dalam pengertian umum adalah daftar nama-nama, tempat dan barang-barang. Katalog dalam pengertian khusus yakni yang dikenal dalam dunia perpustakaan, adalah daftar bahan pustaka / koleksi yang dimiliki oleh satu atau beberapa perpustakaan yang disusun menurut system tertentu. Bahan pustaka meliputi buku, terbitan berkala, slide, piringan hitam, pita kaset, microfilm, CD ROM dll.
Katalogisasi adalah proses pembuatan katalog. Secara luas kegiatan tersebut dapat dibagi kepada dua (2) macam yaitu katalogisasi deskriptif dan katalogisasi subyek. Katalogisasi deskriptif adalah kegiatan merekam dan mengidentifikasi data bibliografi, yakni data mengenai pengarang, judul, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, edisi dan data buku lainnya yang diperlukan. Katalogisasi subyek ialah proses menentukan tajuk subyek dan nomor klasifikasi. Dalam hal terkahir ini prosesnya disebut juga klasifikasi. Agar bahan pustaka dapat didayagunakan secara efektif dan efisien, perlu adanya pengolahan bahan pustaka ( proses kartalogisasi tersebut). Lebih-lebih dengan berkembangnya teknik produksi buku yang mengakibatkan koleksi buku berkembang menjadi besar, maka seamakin terasa perlunya katalog. Tanpa diadakan katalogisasi, mencari buku-buku yang diperlukan akan sulit. Oleh karena itu pustakawan mencari sarana atau alat yang dapat memberikan gambaran tentang suatu buku / bahan pustaka dalam bentuk catatan serta mengatur buku-buku di rak untuk memudahkan menemukan kembali jika diperlukan. Alat itulah yang kemudian disebut katalog atau katalogus. Untuk memudahkhan proses pertukaran informasi antar perpustakaan atau pusat-pusat informasi lainnya, perlu adanya keseragaman dalam katalogisasi. Maka kemudian pada tahun 1967 diterbitkanlah suatu peraturan / pedoman katalogisasi internasional, yaitu Anglo American Cataloging Rules (AACR2).
Sumber :
http://kadedekade.blogspot.com/p/blog-page.html
http://adipustakawan.blogspot.com/2013/05/pengertian-katalog-dan-katalogisasi_4235.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/
Demikianlah Artikel Filologi - Naskah Melayu dan Jawa Kuno - Part 1
Sekianlah artikel Filologi - Naskah Melayu dan Jawa Kuno - Part 1 kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Filologi - Naskah Melayu dan Jawa Kuno - Part 1 dengan alamat link https://demasyuri.blogspot.com/2016/04/filologi-naskah-melayu-dan-jawa-kuno.html
0 Response to "Filologi - Naskah Melayu dan Jawa Kuno - Part 1"
Post a Comment