MAKALAH TEORI OBJEKTIF, SUBJEKTIF DAN KEARIFAN LOKAL

MAKALAH TEORI OBJEKTIF, SUBJEKTIF DAN KEARIFAN LOKAL - Hallo sahabat Demasyuri, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul MAKALAH TEORI OBJEKTIF, SUBJEKTIF DAN KEARIFAN LOKAL, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Filsafat, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : MAKALAH TEORI OBJEKTIF, SUBJEKTIF DAN KEARIFAN LOKAL
link : MAKALAH TEORI OBJEKTIF, SUBJEKTIF DAN KEARIFAN LOKAL

Baca juga


MAKALAH TEORI OBJEKTIF, SUBJEKTIF DAN KEARIFAN LOKAL

MAKALAH
TEORI OBJEKTIF, SUBJEKTIF DAN KEARIFAN LOKAL





Oleh:
Utsmanul Fatih           (121411131002)



DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
                        Perdebatan penilaian dengan pendekatan obyektif dan objektif banyak dilakukan dikalangan seniman. Namun, tidak salah jika persoalan-persoalan itu dicermati, diangkat dengan mengambil manfaat positif untuk memperoleh kesempurnaan dalam proses penilaian pembelajaran teknik yang dilakukan.
                        Manusia memiliki sensibilitas esthetis, karena itu manusia tidak dapat dilepaskan dari keindahan. Manusia membutuhkan keindahan dalam kesempurnaan (keutuhan) pribadinya. Tanpa estetika , manusia tidak lagi mempunyai perasaan dan semua kehidupan akan menjadi steril. Demikian eratnya kehidupan manusia dengan keindahan, maka banyak para ahli mengadakan studi khusus tentang keindahan.
Teori tentang keindahan dan seni dikembangkan menjadi “estetika”. Aslinya estetika berarti "tentang ilmu penginderaan” yang sesuai dengan pengertian etnologisnya. Tetapi kemudian diberi pengertian yang dapat diterima lebih luas ialah teori tentang keindahan dan seni”.
                        Filosof yang pertama memperlakukan estetika sebagai suatu bidang studi khusus ialah Baumgarten (1735). Baumgarten mengkhususkan penggunaan istilah ‘estetika” untuk teori tentang keindahan artistik, karena ia berpendapat seni sebagai pengetahuan perseptif perasaan yang khusus. Tetapi filosof lain seperti Kant tidak sependapat dengannya, sehingga ia tidak pernah menggunakan istilah estetika dalam memperbincangkan teori tentang keindahan dan seni.
                        Aristoteles menggunakan istilah “puitik" dan untuk teori keindahan artistik, yang oleh Baumgarten dijadikan bagian khusus dan estetika. Dahulu estetika dianggap sebagai suatu cabang filsafat, sehingga memiliki atau diberi pengertian sebagai sinonim dan ‘filsafat seni. Tetapi sejak akhir abad 19, lebih-lebih akhir- akhir ini ada suatu gejala yang menekankan sifat-sifat imperis, oleh karena itu menganggap sebagai “ilmu pengetahuan tentang seni”.
                        Dalam sejarah peradaban manusia, perhatian pada estetika demikian menonjol dan berpengaruh langsung atau tidak langsung memprakarsai aspek-aspek kehidupan intelektual, spiritual dan konsep estetik dalam masyarakat. Bangsa Yunani kuno telah menyadari betapa pentingnya anti keindahan dan seni dalam konsep hidup manusia. Dan bangsa Timur (termasuk Indonesia) bahkan lebih tinggi menempatkan pentingnya keindahan dan seni dalam konsep hidupnya. hasil-hasil karya seniman timur, merupakan penampilan ekspresi tertinggi tentang kebutuhan spiritual ini.
                        Untuk penelitian mengenai keindahan, para filosof memiliki argumen masing-masing. Perbedaan yang menonjol ialah bagaimana cara meneliti sebuah benda yang bersifat estetik. Hal yang sering diperdebatkan ialah masalah teori subjektif dan objektif dalam mendefinisikan keindahan.

B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas ditemukan beberapa permasalahan, diantaranya:
1.      Apa definisi teori objektif dan subjektif ?
2.      Bagaimana contoh penerapan teori objektif  dan subjektif?


C.     Tujuan
1.      Menjelaskan definisi teori objektif dan subjektif.
2.      Contoh penerapan teori objektif dan subjektif.

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi  Teori Objektif dan Subjektif
            Teori keindahan menimbulkan 2 kelompak teori yang terkenal, teori objektif dan teori subjektif tentang keindahan. Kelompok teori obyektif dianut oleh : Plato, hegal,dan Bernard Bosanquet, sedangkan teori Subyektif di dukung antara lain Henry Home, Earl of Shaftesbury (Lord Ashley) dan Edmund Burke. Dimana dua kelompok tersebut saling bertentangan terhadap pendapat campuran dan berbagi variasi pemikiran yang condong kepada salah satu teori.
           
            Teori obyektif yaitu keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetis adalah sifat yang memang telah melekat pada benda yang dijadikan objek, terlepas dari orang yang mengamatinya. Sedangkan Teori subjektif memiliki ciri keindahan pada sesuatu benda sesungguhnya tidak ada, hanya tanggapan perasaan dalam diri seseorang yang mengamati suatu benda.

            Salah satu yang menjadi permasalahan dalam teori ini adalah ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai estetis.  Sedangkan teori subyektif yaitu ciri-ciri yang menciptakan keindahan pada sesuatu benda sesungguhnya tidak ada, yang ada hanyalah tanggapan perasaan dalam diri seseorang yang mengamati suatu benda. Adanya keindahan ini semata-mata tergantung pada perasaan dari pengamat. Jika dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetis, hal ini diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh suatu pengalaman estetis sebagai tanggapan terhadap benda itu. Contohnya seperti pemandangan alam, pemandangan alam dapat dianggap mempunyai unsur keindahan tidak bersifat subyektif atau menurut standart keindahan dari penilaian tetapi memang pemandangan alam itu memiliki unsur keindahan di dalam dirinya yang mutlak sifatnya. Sedangkan Obyek atau benda dalam keindahan obyektif adalah suatu benda yang memang memiliki unsur estetika didalamnya dan memaksa pihak subyektif untuk menerima unsur keindahan yang memang dimiliki dari benda tersebut. Keindahan dalam arti seni berbeda dengan keindahan dalam arti terbatas yang bersifat obyektif dan dipengaruhi unsur statis. Unsur statis merupakan ciri estetis yang melekat pada bentuk dan warna suatu benda sehingga relative tetap dari masa ke masa dan di semua tempat.

B.     Contoh Penerapan Teori Objektif Dan Subjektif
            Di dalam teori obyektif berpendapat bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetis adalah sifat yang memang telah melekat pada benda indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya . pengamatan seseorang hanyalah menemukan atau menyingkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali tidak berpengaruh untuk mengubahnya. Salah satu yang menjadi persoalan dalam teori ini adalah ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap bernilai estetis.

Dalam hal ini peneliti mencontohkan keindahan bukit jamur secara objektif. Hal yang menarik dan indah dari bukit jamur ini ialah karena berbentuk menyerupai jamur serta di daerah sekitarnya juga banyak terdapat bukit-bukit kapur yang terbentuk dari sisa-sisa penggalian batu kapur.

Bukit jamur di Gresik ini memang terbukti sangat indah, selain bentuknya yang mirip dengan jamur, bukit jamur ini juga dikelilingi bukit kapur dan sawah. Sensasi yang diberikan bukit ini sangatlah berbeda. Selain kita dapat melihat uniknya batuan berbentuk jamur, kita juga akan merasa seolah-olah berada di negeri liliput, karena ukuran kita yang kecil dan berada di antara jamur-jamur yang sangat besar dan banyak. Salah satu batu jamur tersebut memiliki puncak yang tertinggi hingga mencapai 7 meter. Diperkirakan bahwa batu jamur tersebut terbentuk karena adanya abrasi selama bertahun-tahun hingga bentuk batu-batu jamur tersebut berubah tampak seperti sekarang. Dengan bentuk batu yang unik seperti jamur tersebut, bukit jamur ini menjadi tempat yang menarik serta unik untuk masyarakat sekitar. Bahkan, bukit jamur ini telah menyita perhatian dunia dengan banyaknya kunjungan warga asing demi melihat dan menikmati pesona dan keindahan tersembunyi bukit jamur tersebut.
























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
      Teori keindahan menimbulkan 2 kelompok teori yang terkenal, teori objektif dan teori subjektif. Teori obyektif yaitu keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetis adalah sifat yang memang telah melekat pada benda yang dijadikan objek. Sedangkan Teori subjektif memiliki ciri keindahan pada sesuatu benda sesungguhnya tidak ada, hanya tanggapan perasaan dalam diri seseorang yang mengamati suatu benda.

B.     Saran
1.      Perlunya pelatihan lapangan diadakan terhadap objek yang akan dikaji menggunakan teori ini.

2.      Perbedaan mengenai isi pembahasan jika ada perbedaan dengan pembaca mohon dimaklumi, karena penelitian ini bersifat subjektif sehingga pasti adanya perbedaan.


Demikianlah Artikel MAKALAH TEORI OBJEKTIF, SUBJEKTIF DAN KEARIFAN LOKAL

Sekianlah artikel MAKALAH TEORI OBJEKTIF, SUBJEKTIF DAN KEARIFAN LOKAL kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel MAKALAH TEORI OBJEKTIF, SUBJEKTIF DAN KEARIFAN LOKAL dengan alamat link https://demasyuri.blogspot.com/2016/04/makalah-teori-objektif-subjektif-dan.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MAKALAH TEORI OBJEKTIF, SUBJEKTIF DAN KEARIFAN LOKAL"

Post a Comment