Filologi - Naskah Melayu Lama dan Naskah Jawa Kuno - Part 2

Filologi - Naskah Melayu Lama dan Naskah Jawa Kuno - Part 2 - Hallo sahabat Demasyuri, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Filologi - Naskah Melayu Lama dan Naskah Jawa Kuno - Part 2, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Filologi, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Filologi - Naskah Melayu Lama dan Naskah Jawa Kuno - Part 2
link : Filologi - Naskah Melayu Lama dan Naskah Jawa Kuno - Part 2

Baca juga


Filologi - Naskah Melayu Lama dan Naskah Jawa Kuno - Part 2

Naskah melayu ialah naskah yang dibuat oleh orang Melayu dan bahasa Melayu pula. Penelitian mengenai naskah-naskah Melayu yang berkembang sejak abad ke-19.  jumlah naskah Melayu yang masih ada. Sampai sekarang, angka yang menunjukkan jumlah naskah yang tersebar ini tidak pasti. Ada yang menyebut jumlah 4.000 (Chambert-Loir, 1980), ada yang memperkirakan 5.000 (Hussein, 1974: 12), bahkan ada yang menduga sampai 10.000 (Jones, 1980). Jumlah negara yang memiliki naskah ada dua puluh delapan, yaitu Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia, Belanda, Belgia, Brunei Darussalam, Cekoslowakia, Denmark, Hongaria, Indonesia, Inggris, Irlandia, Italia, Jerman Barat, Jerman Timur, Malaysia, Mesir, Norwegia, Polandia, Perancis, Rusia, Singapura, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Swiss, dan Thailand (Chambert-Loir, 1980: 27). Miller (1982) menambahkan Australia.

            Daftar naskah yang paling tua yang biasa disebut ialah daftar Valentyn (1726: 26–27) dan daftar Werndly (1736: 343–357). Sebenarnya, sebelum kedua daftar ini ada, suatu daftar naskah Melayu, Arab, dan Jawa yang pernah dimiliki oleh Antoine de St. Martin dan yang didaftar oleh Melchior Leydecker pada tahun 1696 (Haan, 1900: 297– 308). Awal penghimpunan naskah Melayu agaknya dimulai dari keinginan untuk menyimpan suatu koleksi kenangan dari perjalanan ke daerah-daerah. Contoh dari salah satu naskah melayu adalah naskah minangkabau. Naskah ini merupakan naskah asli, didapatkan dari seorang bapak yang bernama Jamaluddin DT Mangkuto. Naskah Minangkabau tidak diketahui pengarangnya karena turun-temurun. Panjang `17,1 cm, Lebar 10,5 cm, Tebal 2,2 cm. Jumlah baris per halaman umumnya 13 baris, tapi pada halaman terakhir yang penulis dapatkan terdapat 5 baris yang isinya merupakan dalil-dalil, tanpa penomoran halaman pada naskah asli, pemilik/ pemegang naskah telah mengadakan naskah tersebut dengan menfotocopykannya dan pada fotocopy naskah tersebut, pemilik/ pemegang naskah telah memberi penomoran halaman, tetapi tidak pula seluruhnya yang diberi nomor, buktinya halaman 1 tidak diberi nomor. Sedangkan warna tinta pada umumnya Hitam, tetapi ada juga pada halaman tersebut warna merah pada beberapa kata yang bertujuan sebagai awal dari pembahasan. Sampul terbuat dari kulit keras.

            Pada naskah Jawa kuno berkembang antara abad ke-9 dan berakhir pada abad ke-15 . Masehi,  pada masa   berjayanya agama Hindu-Buddha. Naskah Jawa modern merujuk pada naskah-naskah Islam Jawa. Bahan penulisan naskah berupa lontar, kertas daun murbei (dluwang), kertas yang dikenalkan oleh Hindia Belanda (khususnya di Jawa Tengah). Tradisi menulis naskah di Jawa merupakan warisan sejak masa kerajaan Hindu-Buddha. Tradisi ini berlanjut dengan baik dan mengalami pencapaian terbaik pada masa Islam. Dalam pembuatannya pola dengan kekomplekan tinggi, gaya geometris yang memikat mata, iluminasi untuk menerangi dan memperkaya halaman atau peniruan candi sebagai simbol pendukung, figur, dan kaligrafi telah mencapai titik yang paling spektakuler dalam penaskahan Islam di Jawa. Penulisan naskah merupakan salah satu cara menyebarkan ajaran agama islam di Jawa. Dengan mencantumkan unsur-unsur yang sudah lama dikenal oleh masyarakat, seperti bentuk wadana yang menyerupai gapura candi dan perwujudan tokoh wayang di dalam cerita isi naskah akan mempermudah pemahaman dan penerimaan agama Islam di dalam penyebarannya, teutama bagi masyarakat jawa.  
            Contoh naskah jawa ialah, naskah Asmarasupi merupakan salah satu karya yang cukup populer dalam tradisi penyalinan naskah-naskah  pesisir  Jawa.  Kepopulerannya  dapat  disejajarkan  dengan  naskahroman Islam lainnya terutama Menak, Ambiya, dan Yusuf. Naskah Asmarasupi adalah salah satu naskah dari masa Islam beraksara Arab Pegon dan  berbahasa  Jawa.   Naskah ini   mengisahkan  kepahlawanan  seorang  putra   Raja  Bandarsalim dari Kerajaan  Pusar Bumi bernama Raden Abdullah Asmarasupi.
Katalog
            Katalog adalah daftar koleksi sebuah pusat dokumentasi atau beberapa pusat dokumentasi yang disusun menurut sistem tertentu. Daftar tersebut dapat berbentuk kartu, lembaran, buku atau bentuk lain, yang memuat informasi mengenai pustaka atau kepustakaan yang terdapat di perpustakaan atau unit informasi. Tujuan pengkatalogan menurut C.A. Cutter adalah
:1. Memudahkan sesesorang menemukan sebuah karya yang telah diketahui pengarang, judulatau subjeknya.
2. Memperlihatkan apa yang dimiliki perpustakaan melalui nama pengarang, subjek dan jenis literaturnya
3. Membantu pemilihan sebuah karya seperti dalam hal edisinya secara bibliografis dan karakternya (topic).

Sumber :



Demikianlah Artikel Filologi - Naskah Melayu Lama dan Naskah Jawa Kuno - Part 2

Sekianlah artikel Filologi - Naskah Melayu Lama dan Naskah Jawa Kuno - Part 2 kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Filologi - Naskah Melayu Lama dan Naskah Jawa Kuno - Part 2 dengan alamat link https://demasyuri.blogspot.com/2016/04/filologi-naskah-melayu-lama-dan-naskah.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Filologi - Naskah Melayu Lama dan Naskah Jawa Kuno - Part 2"

Post a Comment